Sejarah Baru, China Ungkap Persamaan Bulan dengan Rusia

Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Kelompok ilmuwan China berhasil memamerkan penemuan spektakuler dari sampel tanah Bulan yang dikembalikan oleh misi Chang’e-5 ke Bulan.

Penemuan itu mengungkapkan keberadaan air dan amonium dalam bentuk mineral terhidrasi, dilaporkan oleh China Central Television pada pekan ini, dikutip dari Sixth Tone, Senin (29/7/2024).

Temuan ini menandai pertama kalinya molekul air ditemukan di tanah Bulan, sehingga menjelaskan bentuk sebenarnya dari molekul air dan amonium di satelit Bumi tersebut.

Mineral terhidrasi, yang memiliki rumus kimia (NH4)MgCl3·6H2O, ditemukan dalam sampel yang dikembalikan oleh Chang’e-5 pada Desember 2020.

Struktur dan komposisinya mirip dengan novograblenovite, yang pertama kali ditemukan di Bumi dalam sampel lava basaltik yang diambil dari letusan retakan yang terjadi di Semenanjung Kamchatka di timur Rusia pada tahun 2012.

Studi yang dipublikasikan di jurnal akademik Nature Astronomy pada 16 Juli lalu merupakan upaya kolaboratif para peneliti dari berbagai institusi bergengsi, termasuk Beijing National Laboratory for Condensed Matter Physics, Beijing University of Science and Technology, Tianjin University, Qinghai Institute of Salt Lakes China, dan Zhengzhou University.

Para peneliti melakukan analisis menyeluruh terhadap komposisi kimia mineral dan kondisi pembentukannya untuk mengesampingkan kemungkinan kontaminasi terestrial atau knalpot roket

Selain itu, penemuan ini menunjukkan potensi keberadaan molekul air di wilayah Bulan yang diterangi Matahari dalam bentuk garam terhidrasi, sehingga membuka kemungkinan pemanfaatan dan eksplorasi sumber daya Bulan.

Tidak seperti air es, hidrat ini menunjukkan stabilitas luar biasa di lingkungan Bulan yang menantang, menurut penelitian tersebut.

Dalam sampel Bulan dari Apollo, para ilmuwan menggunakan teknik karakterisasi sensitivitas tinggi untuk mengidentifikasi jejak kecil air (H+, OH-, atau H2O) pada tingkat sepersejuta dalam gelas dan mineral tertentu. Studi tersebut menyimpulkan keberadaan molekul air tanpa bukti yang pasti.

Sebagai perbandingan, sampel mineral terbaru dari Chang’e-5 menampilkan molekul air yang mencakup hingga 41% massa sampel.

Pada tahun 1994, para peneliti mengamati kutub bulan dan mendalilkan keberadaan es air di wilayah Bulan yang dibayangi secara permanen.

Pengamatan selanjutnya melalui satelit penginderaan di salah satu wilayah tersebut pada tahun 2009 mengungkapkan sinyal air dalam debu Bulan.

Baru-baru ini, data penginderaan lainnya menunjukkan keberadaan molekul air di wilayah Bulan yang diterangi Matahari.

Penemuan spektakuler dari ilmuwan China menunjukkan kecanggihan teknologi dari negara kekuasaan Xi Jinping.

Pada bulan lalu, misi Chang’e-6 juga mencatat sejarah dengan mengembalikan sampel yang dikumpulkan dari sisi jauh Bulan. Sementara itu, misi Chang’e-7 yang direncanakan meluncur pada 2026 mendatang difokuskan untuk mencari jejak es di kutub selatan Bulan.

Darurat Gen Z! Anak Muda RI Gampang Depresi Cari Kerja

Foto: Ilustrasi Gen Z. (Dok. Freepik)

Pengangguran di Indonesia kini makin kiat meningkat. Peningkatan ini muncul terutama pada anak muda Indonesia usia 15-29 tahun.

Tercatat hingga Februari 2024, persentase total pengangguran anak muda Indonesia mencapai 7,53%. Angka ini sudah mulai mengejar total persentase di sepanjang tahun 2023 yang tercatat 10,28%.

Tak hanya itu, tercatat ratusan ribu anak muda Indonesia merasa putus asa dalam mencari pekerjaan. Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan kelompok ini menjadi hopeless of job. Kondisi ini dapat menyebabkan anak muda putus asa, mudah menyerah, tidak bersemangat, frustasi bahkan depresi.

Berdasarkan data BPS per Februari 2024, terdapat 369,5 ribu anak muda rentang usia 15-29 tahun yang masuk ke golongan hopeless of job. 

Angka tersebut telah menyentuh 56% dari total di sepanjang tahun 2023 yang sebesar 575 ribu anak muda. Pada tahun 2022 menjadi total tertinggi mencapai 1,1 juta anak muda yang masuk ke dalam golongan hopeless of job.

Mayoritas dari golongan hopeless of job (55,8%) memang memiliki pendidikan rendah atau hanya lulusan SMP ke bawah. Selain itu penyebab tingginya tingkat hopeless of job ini juga karena kurangnya lapangan pekerjaan di Indonesia khususnya di sektor formal, pergeseran pertimbangan anak muda dalam menilai budaya kerja baru, hingga ketidaksesuaian antara lapangan pekerjaan dengan pendidikan yang mereka peroleh.

Anak muda yang masuk dalam golongan hopeless of job biasanya rentan terhadap depresi. Menurut laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi depresi Indonesia sebesar 1,4% pada 2023.

Ditinjau berdasarkan kelompok usianya, prevalensi depresi paling banyak dirasakan oleh usia 15-24 tahun atau generasi Z, yakni sebesar 2%.