Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, buka-bukaan perihal perilaku oknum yang menyalahgunakan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis subsidi seperti solar subsidi.
Di mana, ada oknum yang kerap melakukan ‘kencing’ solar dalam hal ini menyalahgunakan diam-diam penggunaan solar melalui drum. Bahlil mengungkapkan ‘kencing’ Solar Subsidi oleh para pengusaha tersebut sudah diketahuinya.
“Saya ini dulu pengusaha, ya pengusaha kecil-kecilan tambang juga, ada pengusaha pompa bensin itu menyalur BBM subsidi, tetapi kalau malam hari, Solarnya itu dikencingin dimasukkan di drum. Kalau bayar (harga Solar) Subsidi Rp 7-8 ribu (per liter), kalau (harga) Solar industri contoh Rp 11 ribu (per liter) ya. Sudahlah selisih Rp 3 ribu kita cincai saja. Jadi tambah disitu,” ujarnya dalam acara Penganugerahan Penghargaan Keselamatan Migas 2024, di Hotel Luwansa, Jakarta, dikutip Selasa (8/10/2024).
Bahlil meminta untuk menyetop praktik kecurangan itu karena beban negara untuk penyaluran subsidi sudah terlalu besar. Tercatat, subsidi yang digelontorkan pemerintah mencapai Rp 300 triliun. Dengan begitu, dia menilai Indonesia harus berhati-hati dalam mengelola subsidi tersebut.
“Saya minta stop sudah, karena subsidi negara ini terlalu besar, subsidi kita terlalu besar,” tegasnya.
Asal tahu saja, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkirakan subsidi energi hingga akhir tahun 2024 ini bakal naik menjadi Rp 192,75 triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari yang sudah ditetapkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 sebesar Rp 185,9 triliun.
Dalam Buku II Nota Keuangan 2025 yang dirilis Jumat (16/08/2024), outlook subsidi energi pada 2024 sebesar Rp 192,75 triliun tersebut terdiri dari subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), LPG, dan Listrik. Untuk subsidi Jenis BBM Tertentu dan LPG Tabung 3 kg diperkirakan mencapai Rp 112,02 triliun. Sementara, subsidi listrik diperkirakan mencapai Rp 80,72 triliun.
Selain itu, pada periode tahun 2020-2023 realisasi subsidi energi disebutkan mengalami perkembangan yang cenderung fluktuatif. Fluktuasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Misalnya yakni perkembangan asumsi dasar ekonomi makro, volume penyaluran Jenis BBM Tertentu dan LPG bersubsidi, dan kebijakan besaran subsidi tetap untuk minyak Solar.
Selama periode 2020-2023, subsidi energi berfluktuasi dari semula sebesar Rp 108,84 triliun pada tahun anggaran 2020 menjadi sebesar Rp 164,29 triliun pada tahun anggaran 2023.
Adapun, realisasi subsidi Jenis BBM Tertentu dan LPG Tabung 3 kg selama periode 2020-2023 mengalami fluktuasi dari semula Rp 47,73 triliun pada tahun anggaran 2020 menjadi Rp 95,59 triliun pada tahun anggaran 2023.
Sementara, realisasi subsidi listrik selama periode 2020-2023 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4,0%, dari semula Rp 61,10 triliun pada tahun anggaran 2020 menjadi Rp 68,70 triliun pada tahun anggaran 2023.