Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka melemah pada awal perdagangan hari ini. Sementara saham Australia mencapai rekor tertinggi baru menjelang data ekonomi utama dari China.
Penjualan ritel Jepang pada bulan Agustus naik 2,8% secara tahunan, melampaui perkiraan jajak pendapat Reuters yang memprediksi kenaikan 2,3%, dan lebih tinggi dari kenaikan yang direvisi sebesar 2,7% pada Juli.
Indeks Nikkei anjlok 4,17% pagi ini. Sementara Indeks Topix yang lebih luas mengalami kerugian lebih kecil sebesar 3,13%. Nilai yen Jepang melemah 0,29% terhadap dolar, diperdagangkan pada 142,63.
Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,62%, menembus rekor tertinggi sepanjang masa sebesar 8.246,2.
Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,54%, dan indeks Kosdaq yang berfokus pada perusahaan kecil turun 0,49%.
Futures indeks Hang Seng Hong Kong berada di angka 20.910, lebih rendah dari penutupan terakhir HSI di 20.632,30.
Pergerakan di pasar Jepang terjadi karena investor mencerna kemenangan Shigeru Ishiba dalam pemilihan Partai Demokrat Liberal pada hari Jumat lalu. Ia akan menggantikan Fumio Kishida sebagai perdana menteri Jepang.
Secara terpisah, China akan merilis angka indeks manajer pembelian resmi untuk bulan September, dengan ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PMI manufaktur berada di angka 49,5, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan 49,1 pada bulan Agustus.
Survei Caixin PMI, yang merupakan survei swasta yang dikompilasi oleh S&P Global, juga akan dirilis pada hari Senin.
China memulai langkahnya dengan laporan NBS Manufacturing PMI pada hari ini (30/9/2024). Dengan angka 49.1 di bulan sebelumnya, ekonomi terbesar Asia ini tampaknya belum sepenuhnya bangkit.
Di sisi lain, PMI Non-Manufacturing, meski sedikit melemah, tetap kokoh di zona ekspansi pada 50.3. Sentimen pasar mungkin berharap pada stabilitas General PMI dan Caixin Manufacturing PMI, yang memberi secercah harapan dengan konsensus mendekati 50.4. Ini adalah pertempuran antara realitas dan harapan di negeri Tirai Bambu.