IGC 2025 dorong kolaborasi teknologi hijau untuk ekonomi berkelanjutan

IGC 2025 dorong kolaborasi teknologi hijau untuk ekonomi berkelanjutan

Forum Indonesia Green Connect (IGC) 2025 digelar di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang mempertemukan akademisi, industri dan regulator, diharapkan mendorong kolaborasi pengembangan teknologi hijau untuk mendukung transisi menuju ekonomi bersih dan berkelanjutan di Indonesia.

“IGC ini sebagai wadah dialog lintas sektor yang menghadirkan sinergi antara akademisi, pelaku bisnis, dan regulator. Kami ingin teknologi hijau tidak hanya hadir secara sektoral, tetapi menjadi semangat kolaboratif antarpemangku kepentingan dalam ekosistem inovasi nasional,” kata Direktur Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi (DKST) ITB R Sugeng Joko Sarwono, di ITB Bandung, Jawa Barat, Kamis.

IGC 2025, ujar Sugeng, juga diharapkan menjadi respons terhadap urgensi penerapan teknologi ramah lingkungan di tengah tantangan krisis iklim, degradasi lingkungan, dan target net zero emission Indonesia pada 2060.

Pengelolaan sampah sebagai persoalan mendesak di wilayah perkotaan, seperti Bandung dan kawasan Sungai Citarum, walaupun dia mengakui forum ini tidak membahas secara spesifik soal sampah perkotaan atau Citarum.

Menyinggung soal pengelolaan sampah yang urgen ini, Sugeng menjelaskan banyak inovasi pengelolaan sampah telah dikembangkan oleh para saintis Indonesia, mulai dari teknologi insinerator, pengolahan berbasis bakteri, hingga sistem berbasis cacing. Namun, tantangan terbesarnya bukan lagi pada teknologi, melainkan pada perilaku dan literasi masyarakat.

“Teknologi kita sudah cukup. Tapi tantangan utamanya adalah literasi publik. Misalnya, jika sampah tidak dipilah, maka opsi pengolahan menjadi sangat terbatas hanya insinerator yang perlu banyak effort juga untuk diimplementasikan,” ujarnya pula.

Founder & CTO ECADIN Syarif Riyadi menyatakan momen peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang jatuh di bulan Agustus, menjadi momentum ideal untuk menjembatani hasil riset dengan kebijakan pemerintah dan kebutuhan industri lewat IGC 2025 ini.

“IGC ini menjadi jembatan antara riset dan implementasi. Kami ingin teknologi menjadi dasar dalam merumuskan kebijakan, seperti yang dilakukan negara-negara maju,” kata Syarif.

Kegiatan ini, disebut merupakan kolaborasi antara ITB melalui Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi (DKST) dengan ECADIN dan menjadi bagian dari side event KSTI (Kawasan Sains dan Teknologi Indonesia) yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek).

Pihak penyelenggara juga menyebutkan bahwa partisipasi saintis di forum ini tidak terbatas pada dosen dan peneliti, tetapi juga CEO dan CTO industri yang aktif dalam riset dan pengembangan teknologi. Sejumlah teknologi juga dipamerkan dalam pameran KSTI yang berlangsung hingga Sabtu (9/8) mendatang.

slot online server thailand