Jelang Rilis Data Inflasi RI Terbaru, IHSG Dibuka Lesu Lagi

Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka di zona merah pada awal perdagangan sesi I Senin (30/9/2024), jelang rilis data ekonomi terbaru Indonesia pada hari ini.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka melemah 0,55% ke posisi 7.654,53. Selang empat menit setelah sesi I dibuka, koreksi IHSG makin membesar yakni melemah 0,74% ke 7.640,22.

Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 900 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,3 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 88.041 kali.

Pergerakan IHSG pada awal pekan ini cenderung dipengaruhi oleh rilis data ekonomi terbaru di Indonesia, salh satunya yakni data inflasi periode September 2024.

Pada hari ini, data indeks harga konsumen (IHK) Indonesia periode September 2024 akan dirilis. Konsensus pasar memperkirakan secara tahunan (year-on-year/yoy), Indonesia masih mengalami inflasi tetapi cenderung kembali turun yakni mencapai 2%.

Namun secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK Indonesia diprediksi masih mengalami deflasi tetapi cenderung membaik sedikit yakni menjadi 0%.

Sementara IHK inti diprediksi sedikit membaik yakni 2,1%.

Sebelumnya pada Agustus lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan IHK menunjukkan pelandaian dan di bawah ekspektasi konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.

Secara tahunan, IHK RI masih naik atau mengalami inflasi sebesar 2,12% (yoy) pada Agustus 2024 atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat 2,13% (yoy). Namun secara bulanan IHK turun tercatat mengalami deflasi sebesar 0,03% (mtm).

Deflasi empat bulan berturut-turut secara bulanan ini pertama kali terjadi sejak 1999 atau 25 tahun terakhir. Artinya, selama Era Reformasi, Indonesia baru mengalami deflasi empat bulan beruntun.

Deflasi Indonesia selama empat bulan berturut-turut juga menjadi kekhawatiran tersendiri. Pasalnya, deflasi empat bulan berturut-turut semakin menegaskan sinyal pelemahan daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil saat ini.

Sebagai catatan, pada 1999 deflasi pernah terjadi dalam delapan bulan beruntun yakni pada Maret (-0,18%), April (-0,68%), Mei (-0,28%), Juni (-0,34%), Juli (-1,05%), Agustus (-0,71%), September (-0,91%), dan Oktober (-0,09%).

Perlu dicatat jika kondisi ekonomi Indonesia pada saat itu sedang carut-marut karena krisis pada 1997/1998.

Untuk Agustus 2024, penyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau dengan deflasi 0,52% dan andil deflasi 0,15%.

Secara historis, IHK Indonesia lebih kerap mencatat inflasi dibandingkan deflasi. Catatan deflasi biasanya hanya terjadi sebulan kemudian diikuti dengan inflasi pada bulan berikutnya.

https://huat138.jp.net/
https://jagohuat.shop/
https://terushuat.site/
https://epal-shop.com/
https://heylink.me/KAS138__/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*