Konsumsi kental manis dan tantangan edukasi gizi di Indonesia

Konsumsi kental manis dan tantangan edukasi gizi di Indonesia

Fenomena tingginya konsumsi kental manis di sejumlah wilayah Indonesia, misalnya saja di Papua, merefleksikan persoalan gizi yang lebih kompleks daripada sekadar pilihan minuman.

Data Databoks mengungkap bahwa tujuh dari sepuluh kabupaten atau kota dengan pengeluaran per kapita tertinggi untuk membeli kental manis berada di Papua, mulai dari Kabupaten Puncak, Puncak Jaya, Yalimo, Intan Jaya, Lanny Jaya, Pegunungan Bintang hingga Nagan Raya.

Rata-rata pengeluaran per kapita secara nasional untuk membeli kental manis adalah Rp257,5 per pekan, angka yang mungkin tampak kecil tapi menyimpan pesan besar tentang keterbatasan akses pangan bergizi.

Tingginya konsumsi kental manis di Papua, menurut berbagai analisis, disebabkan oleh kombinasi faktor ekonomi, budaya, dan ketersediaan produk.

Di banyak daerah terpencil, pilihan susu pertumbuhan atau produk susu segar sangat terbatas. Distribusi produk yang tidak merata membuat kental manis menjadi pilihan yang mudah diperoleh, terjangkau, dan diterima secara luas di masyarakat.

Dalam konteks budaya, kental manis telah lama hadir sebagai bagian dari konsumsi harian, sehingga tidak dianggap berbeda dari produk susu lainnya.

Hal ini kian rumit ketika pengetahuan gizi masyarakat masih rendah dan pemahaman akan perbedaan fungsi tiap jenis produk susu belum merata.

nada4d