Pasar keuangan akan menghadapi pekan yang penuh dengan sentimen ekonomi domestik dan global. Dari dalam negeri, pengumuman data pertumbuhan ekonomi 2024 akan menjadi sorotan utama.
Selain itu, pengumuman inflasi Januari 2025 serta data PMI Manufaktur Desember 2024 juga akan menjadi perhatian pasar.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan cadangan devisa pada Jumat (7/2/2025). Dari luar negeri, pidato sejumlah pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) dan data ketenagakerjaan AS akan menjadi katalis utama bagi pergerakan pasar global.
Wakil Ketu The Fed Philip N. Jefferson akan berbicara pada Economics Department Special Lecture, Lafayette College, Easton, Pennsylvania, Gubernur Michelle W. Bowman akan berbicara pada Kansas Bankers Association Harold A. Stones Government Relations Conference.
Senin, 3 Februari 2025: Inflasi RI di Tengah Lonjakan Harga Cabai
Badan Pusat akan mengumumkan data inflasi Januari pada Senin (3/1/2025).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) diproyeksi akan naik atau mengalami inflasi secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,30% pada Januari 2025. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), inflasi diproyeksi akan menembus 1,85%.
Konsensus CNBC Indonesia juga memperkirakan inflasi inti pada Januari 2025 akan berada di 2,27% (yoy)
Sebagai catatan, inflasi Desember 2024 tercatat 0,44% (mtm) dan secara tahunan mencapai 1,57%.
Selain itu, Indonesia juga akan merilis data S&P Global Manufacturing PMI Januari 2025. Seperti diketahui, data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis S&P Global menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 51,2 pada Desember 2024. Angka ini memastikan PMI Indonesia kembali ke jalur ekspansif setelah terkontraksi selama lima bulan.
Seperti diketahui, PMI Manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama lima bulan beruntun yakni pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November 2024 (49,6).
China hingga Amerika Serikat juga akan merilis data PMI Manufaktur mereka pekan ini.
Dari AS, S&P Global Manufacturing PMI Final Januari dan ISM Manufacturing PMI akan menjadi perhatian pasar. ISM Manufacturing PMI sebelumnya di level 49,3, sedikit di bawah ekspektasi 49,5, yang mencerminkan masih lemahnya sektor manufaktur AS.
Selasa, 4 Februari 2025: Data Tenaga Kerja AS Jadi Sorotan
Dari Amerika Serikat, data Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) untuk Desember 2024 akan diumumkan. JOLTS mengukur jumlah lapangan pekerjaan baru di luar sektor pertanian AS selama kurun waktu sebulan.
Jumlah lowongan pekerjaan meningkat sebesar 259.000 menjadi 8,098 juta pada November 2024, dari 7,839 juta yang direvisi naik pada Oktober dan melebihi ekspektasi pasar yang sebesar 7,70 juta.
Jika kondisi pasar tenaga kerja masih kencang maka harapan pasar melihat pelonggaran The Fed makin pupus.
The Fed juga akan merilis Loan Officer Survey, yang akan memberikan wawasan tentang kondisi kredit di AS. Hal ini penting mengingat The Fed tengah mengkalibrasi kebijakan moneternya setelah tiga kali pemangkasan suku bunga tahun lalu.
Rabu, 5 Februari 2025: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia & Perdagangan Global
BPS akan merilis data pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2024 sekaligus full year 2024. Data pertumbuhan ini menjadi kunci untuk melihat momentum ekonomi domestik. Data tersebut juga akan mencerminkan seberapa besar dampak pelemahan daya beli pada Oktober-Desember 2024 berpengaruh ke ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2024 akan mencapai 5,01% secara tahunan (year on year/YoY). Angka tersebut lebih tinggi dari realisasi kuartal III-2024 yang sebesar 4,95%, tetapi lebih rendah dari kuartal IV/2023 yang mencapai 5,04%.
Sementara itu, AS akan merilis Balance of Trade Desember, yang sebelumnya mencatat defisit sebesar US$ 78,2 miliar. Angka ekspor dan impor AS juga akan memberikan gambaran mengenai kondisi perdagangan global di tengah ketidakpastian ekonomi.
Kamis, 6 Februari 2025: Data Ketenagakerjaan AS dan Prospek Suku Bunga
Dari AS, data klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 1 Februari akan menjadi perhatian utama. Klaim pengangguran diperkirakan berada di 207.000, lebih rendah dari minggu sebelumnya 214.000, menandakan pasar tenaga kerja yang masih ketat.
Selain itu, Bank of England (BoE) akan merilis pernyataan dari Gubernur Andrew Bailey, yang dapat memberikan petunjuk mengenai kebijakan moneter Inggris di tengah ketidakpastian ekonomi Eropa.
Jumat, 7 Februari 2025: Data Cadangan Devisa & Non-Farm Payroll AS
Bank Indonesia akan mengumumkan cadangan devisa Januari 2025, yang sebelumnya tercatat sebesar US$ 155,7 miliar. Sementara itu, dari AS, laporan ketenagakerjaan Non-Farm Payrolls (NFP) Januari akan menjadi kunci bagi arah kebijakan The Fed. Konsensus memperkirakan NFP berada di 170.000, menurun dari 256.000 di bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran diproyeksikan stabil di 4,1%.
Dengan sederet data ekonomi yang akan dirilis, pasar akan menghadapi pekan yang penuh tantangan. Inflasi domestik yang dipicu oleh kenaikan harga cabai dan BBM non-subsidi berpotensi menjadi tekanan bagi kebijakan moneter BI, sementara data tenaga kerja AS akan menjadi penentu arah suku bunga The Fed dalam beberapa bulan ke depan.