Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan Pidato Kenegaraan kemarin, Jumat (16/8/2024). Pidato Kenegaraan terakhir Jokowi tersebut lebih menggambarkan pencapaian 10 tahun masa jabatannya.
Dalam Pidato Kenegaraan sebanyak 16 halaman dan berisi 1.972 kata tersebut, Jokowi menyampaikan sejumlah pencapaian, mulai dari pembangunan hingga kesejahteraan.
Kata “kita” menjadi yang paling banyak disebut dengan total 42 kali. Kata lain yang banyak disebut adalah “negara” sebanyak 18 kali. Kata “bangsa” sebanyak 14 kali, dan “rakyat” sebanyak sembilan kali.
Keempat kata tersebut selama bertahun-tahun memang paling banyak mewarnai pidato Jokowi. Hal ini lumrah karena Jokowi berbicara dalam forum resmi bersama dengan puluhan lembaga negara lainnya.
Dari sisi isi, ada pergeseran tema Pidato Kenegaraan. Jokowi lebih banyak berbicara mengenai pencapaian sementara pada tahun lalu dia banyak membicarakan politik dan menyampaikan curhatan hati (curhat).
Tema pencapaian ini bisa dipahami mengingat Pidao Kenegaran 2024 menjadi kesempatan terakhirnya berbicara sebagai presiden di acara Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat/Majelis Permusyawaratan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat.
Dengan tema pencapaian maka kata-kata “pembangunan” dan “membangun” menjadi kerap muncul.
“Selama 10 tahun ini kita telah mampu membangun sebuah fondasi dan peradaban baru, dengan pembangunan yang Indonesiasentris, membangun dari pinggiran, membangun dari desa dan membangun dari daerah terluar,” tutur Jokowi dalam Pidato Kenegaraannya, di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat/Majelis Permusyawaratan Rakyat, hari ini, Jumat (16/8/2024).
Pidato Kenegaraan Jokowi juga menunjukkan pergeseran arah pembangunan dan fokus pemerintah. Pada 2019 dia kerap menyebut membangun dari pinggiran, pada 2020/2021 sangat fokus pada penanganan pandemi dan pada 2023 dia sangat fokus pada hilirisasi.
Pada Pidato Kenegaraan 2024, Jokowi banyak membicarakan isu transisi energi, keberlanjutan, hingga digital. Ketiga isu ini memang menjadi perhatian global saat ini.
Kata “energi” disebut enam kali dalam pidatonya. Kata tersebut dilekatkan kepada transisi energi serta besarnya potensi Energi Baru Terbarukan Indonesia.
“Di saat dunia mulai mengarahkan masa depannya ke ekonomi hijau, Indonesia juga tidak ingin kehilangan momentum karena Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi hijau, yaitu sekitar lebih dari 3.600 GW, baik dari energi air, angin, matahari, panas bumi, gelombang laut, dan bio energi,” papar Jokowi.
Dengan bergantinya arah pembangunan, kata-kata yang dulu kerap muncul dalam Pidato Kenegaraan Jokowi pun berkurang atau bahkan hilang sama sekali.
Kata “infrastruktur” hilang dalam pidato kali ini. Padahal, dalam pidato-pidato sebelumnya, Jokowi selalu menyebut infrastruktur. Seperti diketahui, pembangunan infrastruktur adalah misi besar Jokowi selama 10 tahun kepemimpinannya.
Jokowi juga tidak menyebut kata “korupsi” dalam pidatonya. Padahal, kata korupsi biasanya disebut Jokowi mininmal sekali dalam pidatonya.
Jokowi juga tidak menyebut ‘hilirisasi” untuk pertama kalinya dalam pidatonya pada 2019-2024. Kata hilirisasi kini berganti ke “smelter”.
Kata “hilirisasi” sebelumnya menjadi yang paling disebut Jokowi dalam Pidato Kenegaraan 2023 (8) dan pada 2022 (7).
Kata yang hilang lagi dalam Pidato Kenegaraan tahun ini adalah “bonus demografi”, BBM, “bantuan”, ketidakpastian. Kata “BBM” juga absen tahun ini padahal kata tersebut kerap muncul dalam pidato tahun sebelumnya.