Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-bangsa PBB (PBB) memulai pertemuan darurat terkait pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh. Sejumlah pihak pun mulai menyuarakan keprihatinan dengan kondisi ini.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB Rosemary DiCarlo memberikan sambutan pembukaan pada pertemuan tersebut Rabu malam waktu Amerika Serikat (AS). Ia mengatakan jalan menuju de-eskalasi diperlukan pada saat yang berbahaya ini.
“Masyarakat internasional harus bekerja sama untuk menghindari tindakan apa pun yang akan membuat konflik menjadi jauh lebih besar dan meluas dengan sangat cepat,” katanya dikutip Al Jazeera, Kamis (1/8/2024).
“Kita perlu upaya diplomatik yang cepat menuju de-eskalasi (dan) DK memainkan peran penting dalam hal ini,” tambahnya.
Sejauh ini, pembunuhan terhadap Haniyeh diketahui dilakukan melalui serangan udara. Dilaporkan “proyektil” jarak jauh membunuh Haniyeh dan pengawalnya.
Hamas menyebut Haniyeh tewas setelah rumah tempat ia menginap di sela-sela kunjungan ke Iran diserang oleh pihak Israel. Diketahui, Israel saat ini masih berperang dengan Hamas sejak Oktober 2023.
Kekhawatiran juga diungkapkan oleh tetangga Israel, Lebanon. Kuasa Usaha Lebanon untuk PBB, Hadi Hachem mengatakan bahwa eskalasi terus terjadi karena “ditingkatkan oleh Israel”, yang juga menyerang wilayahnya sebelum serangan udara yang mengenai Haniyeh di Teheran.
“Klaim Israel bahwa mereka ingin melindungi penduduk yang didudukinya merupakan bentuk kemunafikan,” kata Hachem.
“Tujuan sebenarnya Israel adalah memperpanjang dan meningkatkan permusuhan,” tambahnya.
“Sungguh ironis bahwa pembunuh puluhan ribu anak di Gaza menitikkan air mata untuk anak-anak di Golan Suriah yang diduduki,” tambahnya menyinggung pemboman di wilayah Dataran Tinggi Golam akhir pekan yang menewaskan 12 anak dan remaja, yang dituduhkan Israel ke Hizbullah, milisi di Libanon, tapi dibantah keras kelompok itu.
Di luar wilayah Timur Tengah, ketakutan dan kecaman juga disampaikan oleh beberapa negara besar. China mengatakan pembunuhan Haniyeh merupakan upaya terang-terangan untuk menyabotase upaya perdamaian.
“(China mendesak Israel) untuk menghentikan semua operasi militernya di Gaza dan segera menghentikan hukuman kolektifnya terhadap rakyat Gaza,” ujar perwakilan negara itu.
Guyana, yang berada di wilayah Amerika Latin, mengungkit sejarah kolonialisme yang yang melanda dunia. Negara itu mengungkit bahwa kemauan untuk merdeka merupakan mimpi dari rakyat Palestina.
“Sejarah kolonialisme telah menunjukkan kepada kita, Tuan Presiden, bahwa tidak ada orang yang setuju untuk ditundukkan dan tentu saja bukan seperti yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina. Keinginan untuk kebebasan adalah bawaan.” tambahnya.
Rusia, yang merupakan sekutu dekat Iran, mengatakan bahwa hal ini merupakan pukulan telak bagi negosiasi perdamaian yang berlangsung.
“Pembunuhan politik (Ismail Haniyeh) merupakan pukulan telak, terutama bagi negosiasi yang dimediasi antara Hamas dan Israel yang bertujuan untuk gencatan senjata di Gaza,” ungkap Moskow.
Israel Harus Dihentikan
Sementara itu di kesempatan yang sama, wakil pengamat tetap Negara Palestina untuk PBB meneriakkan kepada negara-negara lembaga itu, termasuk DK dan Majelis Umum, untuk menghentikan Israel. Dikatakannya bagaimana Israel telah menjadi penindas, penyiksa, dan pembunuh warga Palestina selama beberapa dekade, dan telah lama menjadi pengganggu stabilitas kawasan Timur Tengah.
“Israel harus dihentikan,” kata Feda Abdelhady Nasser.
“Kami sekali lagi menyerukan dengan sangat mendesak kepada DK, Majelis Umum, dan semua negara yang taat hukum dan cinta damai untuk segera bertindak guna menghentikan agresi Israel yang mengerikan dan kriminal terhadap rakyat Palestina dan kawasan kami,” tegasnya.
Ia menuntut pertanggungjawaban atas pembunuhan Haniyeh. Ia juga menuntut tanggung jawab lain atas pembunuhan lebih dari 130.000 anak, wanita, dan pria Palestina selama 300 hari terakhir serangan Israel di Gaza.
“Masyarakat internasional harus membuat pilihan,” katanya.
“Itu demi perdamaian dan keamanan, jangan biarkan Israel menyeret kita semua ke jurang,” tambahnya.
Kata AS dan Israel
Sementara itu, wakil duta besar AS untuk PBB, Robert Wood, menegaskan AS tak terlibat dalam pembunuhan Haniyeh. Ia mengatakan bahwa Washington bahkn tidak mengetahui apapun dalam kematian Haniyeh.
“Kami tidak memiliki konfirmasi independen mengenai klaim Hamas mengenai kematiannya,” kata pejabat AS tersebut.
“Sebaiknya tidak berspekulasi mengenai dampak yang akan ditimbulkan oleh peristiwa ini. Perang yang lebih luas tidak akan terjadi dalam waktu dekat atau tidak dapat dihindari,” tambahnya.
Wood malah balik mendesak DK PBB untuk menekan Iran agar menghentikan peningkatan serangannya terhadap Israel melalui proksinya. Termasuk mempersenjatai dan membiayai kelompok-kelompok yang ia sebut “teroris”.
Komentar ini juga sama dengan yang dilakukan Perwakilan Israel, Jonathan Miller, di PBB. Ia bahkan menuding pertemuan PBB disponsori “terorisme terbesar dunia Iran”.
“Iran bukan sekadar sponsor terorisme, ia adalah mesin penggerak mesin kematian dan kehancuran yang mengancam kita semua,” katanya.
“Kami mendesak masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban Teheran atas kejahatannya,” klaimnya.